Perhatian seorang Ibu...

Ibu…

Perhatianmu begitu berarti bagi diriku…
Kasih sayangmu begitu tulus mengalir untuk anakmu…
Niatmu begitu ikhlas mengasuh diriku…

Ibu…

Engkau adalah pelipur laraku…
Yang bisa meredam segala gejolak di dalam jiwaku…
Dirimu selalu membuatku tertunduk malu karena perbuatanku dahulu padamu…

Ibu…

Dirimu bagaikan tetesan hujan dikala bumi ini tandus…
Dirimu bagaikan bulan disaat alam ini gelap…
Dan bagaikan matahari yang bersinar tanpa letih…

Ibu…
Dirimu tiada tergantikan dimata anak-anakmu…
Engkau satu-satunya makhluq yang memiliki rasa cinta dan kasih yang tulus…
Juga memiliki pengorbanan yang tiada terbalas…

Ibu…

Apakah anakmu ini telah berbakti padamu…?
Apakah anakmu ini telah memberikan yang terbaik untukmu…?
Sungguh, itu semua belum bisa membalas 1 jeritan saat engkau melahirkan aku…

Ibu…

Entah sudah berapa banyak pengorbananmu untukku…
Entah berapa liter sudah air matamu mengalir karena perbuatanku…
Sungguh, murkamu adalah kemurkaan-Nya & ridhomu adalah keridhoan-Nya…

Ibu…

Bukakanlah pintu maaf untuk anakmu…
Maafkanlah jikalau lisan ini pernah menyayat hati kecilmu…
Sungguh, engkau adalah pintu tengah dari Surga-Nya yang kekal…

Ibu…

Semoga keselamatan senantiasa menyertaimu…
Semoga rasa lelah & letihmu dibalas dengan Surga-Nya yang indah…
Semoga diri ini dapat membahagiakanmu selalu…

Pekanbaru, 02 Oktober 2009
Ahmad Al-Bantani
Selengkapnya...

Berhala Sembilan Centi...

Karya Taufik Isma'il



Meskipun telah banyak dimuat di beberapa website dan blog, maka alangkah inginnya ketika petikan nasehat yang bagus ini turut tercantum pada di blog yang sederhana ini…

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.

Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Redaksi :

"Robbanaa zholamna angfusana waillamtaghfirlana

Watarhamna lanakuunanna minal khaasirin..."

Selengkapnya...

Saat Do’aku Dikabulkan…

----------oo0oo----------

“K’ Elly, skrg Enie dah pake jlbb bsr, sm dg tmnku yg dtng ke rmh saat kk ke sini. T-long blng sm Mama, ya? K-lo skrg aku Insya Alloh tmbh cntk kok, he3x! blng jg jngn marah, K’ Elly dukung Enie ya?”

----------oo0oo----------

Itulah bahasa sms yang aku sampaikan kepada kakakku di kampung. Sudah beberapa hari ini, aku ke kampus tidak lagi mengenakan jilbab segitiga, tapi dengan jilbab besar. Pikiranku saat itu, orangtuaku akan marah apalagi Mama, dia mungkin tidak akan setuju dengan keputusanku. Karena setiap kali aku kampung saat libur, aku selalu mengutarakan keinginanku untuk menyempurnakan hijabku (penutup aurat/jilbab), namun Mama tidak pernah mengatakan persetujuannya, yang kudapat hanya mimik protes dari wajahnya yang menandakan bahwa ia tidak setuju. Sedangkan Bapak? Aku tidak pernah berani untuk bicara padanya, jika bukan beliau yang memulai pembicaraan atau bertanya padaku, maka aku tidak akan berkata apa-apa di depannya. Di dalam keluargaku, Bapak adalah sosok yang sangat disegani. Segala keputusan tentang masalah keluarga berada di tangannya. Harapanku mendekati Mama, agar nanti Mama yang bicara pada Bapak.

Aku mengerti tentang sikap Mama, ini karena akulah yang pertama dalam keluarga kami yang akan mengenakan hijab/jilbab bundar sebesar ini. Mereka pasti khawatir jika aku ikut-ikutan pada ajaran yang tidak jelas, yang belum mereka kenal sebelumnya. Sedang saat ini, aku sudah tidak bisa menundanya lagi, keinginanku untuk mengenakan jilbab besar sudah tidak bisa aku bendung lagi, aku rindu pada Rahmat-Nya. Dan betapa aku sangat takut menjadi fitnah, apalagi bagi kaum Adam.

Awal keinginanku yang begitu besar itu lahir pada saat menjenguk seorang akhwat –dia adalah teman satu kajian- di rumah sakit. Saat keluar dari rumah sakit dan bermaksud untuk pulang, bersama dengan seorang akhwat yang alhamdulillaah telah lebih dahulu berjilbab besar, aku menyeberang jalan raya untuk bisa naik kendaraan umum pulang ke rumah. Tiba-tiba, saat di tengah jalan, melintas dua orang pemuda di atas sepeda motor. Pandanganku tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang di antaranya, sekilas ia tersenyum dan mengedipkan matanya. Astaghfirullaah! Aku terkesima kaget, sangat kaget, tidak menyangka. Bagaimana mungkin ia bisa demikian usilnya? Padahal jilbabku sudah jelas sebagai simbol bahwa aku tidak ingin diganggu. Atau mungkin, ini karena jilbabku sama dengan jilbab-jilbab lain yang saat ini sedang menjamur? Yang sering kudengar dijuluki jilbab gaul.

“Yah, begitulah wanita Ukhti (saudariku). Ia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang cantik. Bahkan wanita yang mungkin dipandang jelek sekalipun oleh sebagian mata di seluruh penjuru dunia, akan tetap ada yang memandangnya cantik. Jika tak mampu dan berusaha menjaga diri yang dititipkan oleh-Nya, maka sungguh, yang akan kita dapatkan hanyalah penyesalan yang luar biasa pada suatu saat nanti, saat yang pasti akan datang,” kata akhwat yang kutemani saat kami sudah berada di kendaraan umum.

Ia memandangku sambil tersenyum, “ditambah lagi dengan pintu-pintu fitnah yang teramat banyak,” ia menarik nafas panjang lalu melanjutkan, “inilah yang menjadi fenomena besar di kalangan saudari-saudari kita yang belum menyadari tentang urgennya menutup aurat,” lanjutnya dengan nada suara yang parau.

Aku menunduk bimbang, ragu, serasa ada yang menusuk hatiku tajam. Menyisakan seberkas cemas. “Dek, kalau memang keinginan untuk menyempurnakan hijab yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya itu sudah terbesit, maka jangan ditunda lagi! Jangan berikan kesempatan kepada iblis mengisi celah-celah keraguan hatimu. Kita harus ingat, bahwa musuh Allah dan Rasul-Nya itu sudah nyata-nyata ingin menjadikan kita, para wanita sebagai alatnya untuk menjatuhkan hamba-hamba Allah ke jurang kehinaan yang dalam,” terngiang lagi nasihat dari seorang kakak akhwat di organisasi rohis kampus tempo hari, bergumul dengan bayangan wajah Mama yang berkata tidak!

Akhirnya, dengan menyebut nama-Nya yang Maha Mulia, kukenakan juga hijab lebar itu, tentang izin Bapak dan Mama itu urusan belakang, tekadku sudah bulat. Berbakti kepada Orangtua adalah perintah-Nya dan menjadi kewajiban penting bagiku, dan hijab juga adalah perintah-Nya, sekaligus juga kewajiban yang penting, aku berada di antara dua pilihan kewajiban yang menurutku untuk lebih mendahulukan dan mengutamakan salah satu da antaranya, tapi bukankah berbakti kepada Orangtua berada di urutan kedua setelah mentaati perintah Allah? Itulah yang menjadi dasar pemikiranku saat itu. Toh, yang kulakukan ini adalah sebuah kebaikan, bukan hanya untukku, untuk semua saudaraku, tapi juga untuk kedua Orangtuaku yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawaban atas diriku?

Meskipun demikian, rasa khawatir tetap saja hinggap. Cemas akan bertemu dengan Bapak dan Mama nanti. Apalagi, bulan depan nanti mereka akan datang ke kota ini menjengukku. Untuk itu, aku tidak tinggal diam. Hubunganku dengan akhwat semakin kupererat untuk meneguhkan pilihanku, nasihat selalu kuminta, selalu kusempatkan waktu dalam bermunajat untuk berbisik memohon kepada Robb semesta alam yang pasti lebih mengerti tentang posisi dan kekalutanku. Do’a kupanjatkan di tengah malam yang dianugerahi rahmat, berharap kecemasan ini berakhir indah, karena aku tidak tahu harus meminta kepada siapa selain-Nya, sedangkan yang mampu membolak-balikkan hati manusia secara pasti hanya Dia. Kukirimkan sms kepada kakakku, meminta dukungannya dan agar kakak bisa memberitahu Mama dengan bahasa yang lembut –alhamdulillaah karena Allah telah menganugerahiku kakak yang baik, dan ia mendukung pilihanku- sehingga Mama tidak akan shock melihat keadaanku nanti.

Akhirnya hari itu datang. Pertama kali melihat penampilanku, Bapak dan Mama hanya diam, seakan tidak terjadi perubahan apapun pada diriku. Sedangkan jantungku berdegup kencang, hatiku terus memohon kepada Allah. Bukan karena apa, tapi karena aku sudah tahu resiko apa yang sudah menanti di depan mataku jika Bapak tidak setuju dengan keputusanku ini. Maka yang akan terjadi padaku adalah berhenti kuliah dan kembali ke kampung. Meninggalkan akhwat yang dengan ghirohnya (semangatnya) berdakwah di jalan-Nya.

Detik demi detik, menit demi menit, hingga malam pun tak terasa berlalu, tetap saja belum ada reaksi dari kedua Orangtuaku. Menjadikan hatiku semakin kalut di tengah rasa cemas tak tahu harus bagaimana.

Keesokan harinya, saat akan berangkat ke kampus. Bapak sedang duduk di kursi, menikmati siaran berita di TV. Sedang Mama duduk tak jauh dari jendela. Aku keluar dari kamar lengkap dengan jilbab besarku, lalu duduk di lantai di depan TV, atau tepatnya di depan Bapak. Sungguh, tidak akan ada yang menyangka, tiba-tiba saja melintas seorang akhwat bercadar di depan rumah, tepat saat Mama menoleh keluar jendela, yang melahirkan kalimat refleks dari bibirnya.
“Itu temanmu, Nak!” entah Mama bercanda atau bagaimana. Bapak juga ikut menoleh, hendak melihat apa yang barusan dilihat Mama. Setelah itu dia kembali diam dengan posisinya semula. Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Mama.

“Apa kamu tidak merasa panas dengan pakaian seperti itu?” katanya lagi, membuat senyumku semakin melebar.

“Justru seperti itulah pakaian seorang muslimah yang sebenarnya. Dia tidak akan terasa panas karena sudah terbiasa. Saat ini musuh-musuh Islam di Perancis melarang keras muslimah untuk berhijab dan menutup aurat mereka dengan pantas. Dan para kaum muslimin juga semakin gigih berjuang di sana, muslimah tetap memakai dan mempertahankan cadarnya tanpa memperdulikan ancaman dan tekanan pemerintah Perancis. Hanya saja, yang kurang saat ini tinggal wajahnya.” Kata Bapak sambil memandang ke arahku dengan senyum.

Aku terkesima tidak percaya, untuk beberapa saat lamanya aku terdiam. Ya Rabbi benarkah dia Bapakku? Apakah ini kenyataan? Apa aku tidak salah dengar? Subhaanallaah, ingin rasanya aku menangis dan berlari memeluk kaki Bapak, tanda kecintaanku padanya karena Allah. Ternyata selama ini, Bapak tidak seperti yang ada di alam pikiranku. Meski kelihatannya tegas, tapi ternyata dia sangat lembut. Aku lupa kalau Bapak sangat gemar membaca buku-buku agama dan menonton siaran berita di kampung. Aku lupa kalau di rumah, di lemari susun kami, banyak terdapat buku-buku agama di sana, di dalam kaca yang tersusun rapi. Apa selama ini aku sedemikian sibuknya dengan diriku sendiri di kota ini? Hingga melupakan tentang kebiasaan Bapak dan keluargaku yang lain? Mungkin karena yang kuingat hanyalah pesan mereka dulu untuk tampil sewajarnya saja, dengan tetap menjaga hati, karena itulah yang terpenting.

Aku menoleh ke arah Mama, dia tersenyum. “Kami menghargai keputusanmu.” Katanya dengan bahasa bugis yang kedengarannya sungguh teramat indah.

Tak ada yang bisa kulakukan, selain menunduk tersenyum, berucap syukur kepada Allah yang telah mengabulkan do’aku dari arah yang sama sekali tidak aku duga, yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Allah mengaturnya sangat apik. Tapi tetap saja aku tidak mampu berucap, Allah telah membuat aku terkesima, betapa pertolongannya sangat dekat, betapa Dia Maha Mendengar setiap do’a hambanya. Subhaanallaah....


“Alhamdulillaah bini’matihi tatimmush shaalihaat”


(Kisah Ukhti Enie di kota M)

Catatan Redaksi :

Do’a adalah senjata orang-orang yang beriman. Do’a pun merupakan bentuk sebuah ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, tidak selayaknya seorang yang beriman meninggalkan do’a kebaikan untuk dirinya baik di dunia dan akhirat. Ujian dan tantangan dalam menjalankan ibadah kepada Allah hampir selalu ada. Di saat cobaan itu sedemikian menyesakkan, tidak sepantasnya seseorang malahan meninggalkan ibadah.

Sebaliknya, hendaknya seorang hamba semakin mendekatkan diri kepada Allah, semakin mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a kepada-Nya. Niscaya cobaan akan segera berlalu, insya’ Allah…

Sumber : Majalah el-Fata Vol. 5 no. II/2005
Website :www.elfata.com
Selengkapnya...

Hukum Ucapan "Allah Dimana-mana"

Ulama : Syaikh ‘Abdullah bin Baz
Kategori : ‘Aqidah

Pertanyaan :

Saya teringat sebuah kisah di salah satu stasiun radio saat salah seorang anak bertanya kepada ayahnya tentang Allah, lalu sang ayah menjawab bahwa Allah berada di setiap tempat (di mana-mana). Pertanyaan yang ingin saya ajukan, "Bagaimana hukum syari’at terhadap jawaban yang seperti ini?"

Jawaban :

Itu adalah jawaban yang batil (salah) dan termasuk ucapan ahli bid'ah seperti Jahmiyyah, Mu'tazilah dan orang yang sejalan dengan madzhab mereka.

Jawaban yang tepat dan sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa Allah –Subhaanahu wa Ta’aala- berada di langit, di ‘Arasy, di atas seluruh makhluk-Nya dan Ilmu-Nya meliputi semua tempat sebagaimana yang didukung oleh ayat-ayat al Qur-an, hadits-hadits Nabi dan ijma' ulama Salaf. Di dalam al Qur-an, Allah berfirman :

"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy." (Al-A'raf: 54).

Hal ini ditegaskan oleh Allah dengan mengulang-ulangnya dalam enam ayat yang lain di dalam kitab-Nya.

Makna istiwa' menurut Ahlus Sunnah adalah tinggi dan naik di atas ‘Arasy sesuai dengan keagungan Allah –subhanahu wata’ala-, tidak ada yang mengetahui caranya selain-Nya. Hal ini sebagaimana ucapan Imam Malik ketika ditanya tentang hal itu :

بِدْعَةٌ عَنْهُ وَالسَّؤُالُ وَاجِبٌ، بِهِ وَاْلإِيْمَانُ مَجْهُوْلٌ، وَالْكَيْفُ مَعْلُوْمٌ، اَلاِسْتِوَاءُ

"(Yang namanya) Istiwa' itu sudah dimaklumi sedangkan caranya tidak diketahui, beriman dengannya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid'ah."

Yang dimaksud oleh beliau adalah bertanya tentang bagaimana caranya. Ucapan semakna
berasal pula dari syaikh beliau, Rabiah bin ‘Abdurrahman. Demikian juga sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah. Ucapan semacam ini adalah pendapat seluruh Ahlus Sunnah; para sahabat dan para tokoh ulama Islam setelah mereka. Allah telah menginformasikan dalam ayat-ayat yang lain bahwa Dia berada di langit dan di ketinggian, seperti dalam firman-firman-Nya :

"Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar."
(Ghafir: 12).

"Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya." ( Fathir: 10).

"Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Al-Baqarah: 255).

"Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatanKu." (Al-Mulk: 16-17).

Allah telah menjelaskan secara gamblang dalam banyak ayat di dalam kitab-Nya yang mulia bahwa Dia berada di langit, di ketinggian dan hal ini selaras dengan indikasi ayat-ayat seputar 'istiwa''.

Dengan demikian, diketahui bahwa perkataan ahli bid'ah bahwa Allah –Subhaanahu
Wa Ta’aala- berada di setiap tempat (di mana-mana) tidak lain adalah sebatil-batil perkataan. Ini pada hakikatnya adalah madzhab 'al-Hulul' (semacam reinkarnasi-penj.) yang diadaadakan dan sesat bahkan merupakan kekufuran dan pendustaan terhadap Allah –Subhaanahu wa Ta’aala- serta pendustaan terhadap Rasul-Nya –Shollallaahu ’alaihi wa sallam- di mana secara shahih bersumber dari beliau menyatakan bahwa Rabbnya berada di langit, seperti sabda beliau :

السَّمَاءِ؟ فِي مَنْ أَمِيْنُ وَأَنَا تَأْمَنُوْنِيْ أَلاَ

"Tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku ini adalah amin (orang kepercayaan) Dzat Yang berada di langit?" (HR. Bukhari, kitab al-Maghazi, no. 4351; Shahih Muslim, kitab az-Zakah, no. 144, 1064).

Demikian pula yang terdapat di dalam hadits-hadits tentang Isra' dan Mi'raj serta selainnya.

Rujukan :

Majalah ad-Da’wah, vol.1288, Fatwa Syaikh Ibnu Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, penerbit Darul Haq.
Sumber : www.fatwa-ulama.com
Selengkapnya...

Khasiat Madu




Oleh : Arief Budi Setyawan


Dalam madu terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Petunjuk ilmiah ini sebenarnya telah 15 abad yang lalu Allah Subhaanahu wa Ta’aala kisahkan dalam Al-Quran :

“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah; “ buatlah sarang-sarang di bukit-bukit dan ditempat-tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)”. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan” (QS. An-Nahl: 68-69)

Madu mengandung glukosa (dekstrosa) dan fruktosa (levulosa) dalam jumlah yang tinggi. Menurut Winarno (1982), kadar dekstrosa dan levulosa yang tinggi mudah diserap oleh usus bersama zat-zat organic lain, sehingga dapat bertindak sebagai stimulant bagi pencernaan dan memperbaiki nafsu makan. Selain itu, madu juga memiliki sifat antimkiroba. Berdasarkan hasil peneliti Komara (2002), madu memiliki aktivitas senyawa antibakteri terutama pada baktero Gram (+), yakni bakteri S, Aureus, B. cereus.

Sejak dahulu madu sudah banyak diginakan oleh para ahli kedokteran untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Penyakit-penyakit yang berhasil disembuhkan antara lain : luka (pasca pembedahan, dibuktikan oleh ahli bedah Rusia Y. Krintsky), Penyakit saluran pernapasan bagian atas, flu, penyakit paru (TBC pulmonary), penyakit jantung (Avicena” bapak kedokteran” berpendapat bahwa madu adalah obat penyakit jantung yang manjur), penyakit perut dan usus, penyakit hati, penyakit syaraf dan penyakit kulit. Menutu Winarno (1982), berabad-abad lamanya madu telah digunakan untuk pengobatan penyakit jantung. Otot jantung bekerja tanpa istirahat Karen aitu memerlukan desktrosa sebagai sumber energi untuk menggantikan energi yang hilang.


Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yakni asetilkolin. Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengurango tekanan darah. Gula yang terdapat dalam madu akan terserap langsung oleh darah sehingga menghasilkan energi secara cepat bila dibandingkan dengan gula biasa.

Disamping kandungan gulanya yang tinggi (fruktosa 41,0 %; glukosa 35 %; sukrosa 1,9 %) madu juga mengandung komponen lain seperti tepung sari dan berbagai enzim pencernaan. Disamping itu madu juga mengandung berbagai vitamin
seperti vitamin A, B1, B2, mineral seperti kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, juga garam iodine bahkan radium. Selain itu madu juga mengandung antibiotik dan berbagai asam organic seperti asam malat, tartarat, sitrat, laklat, dan oksalat. Karena itu madu sangat tinggi sekali khasiatnya.

Hypocrates, ahli ilmu fisika membiasakan membiasakan diri makan madu secara teratur yang menyebabkan dia dapat mencapai usia 107 tahun, demikian juga halnya Aris Totoles, bapak dari “Natural Science” beranggapan bahwa madu memiliki sifat yang unik yang dapat meningkatkan kesehatan manusia dan memperpanjang usia, dalam arti dalam usia tua masih mempunyai stamina yang kuat dan gangguan penyakit sangat jarang dijumpai. Demikian juga Ibn sina (Avicenna), ilmuwan yang tersohor itu menganjurkan kita mengkonsumsi madu, karena dapat menjaga kekuatan sehingga masih mampu bekerja pada usia tua (senja). Dia juga menganjurkan agar manusia yang telah berusia 45 tahun sebaiknya mengkonsumsi madu secara teratur.

Madu mempunyai potensi sebagai basa karena itu ia dapat berfungsi sebagai desinfeksi terhadap rongga mulut. Nenek moyang kita sering menganjurkan penggunaan 10-15 persen larutan madu dalam air untuk kumur-kumur bagi orang yang selaput mulutnya sedang radang.

Pemberian madu pada anak-anak dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Sebagai perbandingan, anak yang tidak diberi madu kandungan hemoglobinnya hanya naik sampai 4 persen selama 40 hari. Sedangkan yang mengkonsumsi madu disamping makan normal, kandungan hemoglobinnya naik 23 persen pada waktu yang sama.

Madu sangat baik sekali bagi bayi terutama madu randu (kapuk), apabila dicampur dengan susu. Hal ini karena madu mengandung cukup banyak besi sedang susu ibu atau susu sapi mengandung sedikit saja. Madu dengan kadar gula dan levulosa yang tinggi sangat mudah diserap oleh usus bersama dengan zat-zat organic lain, dengan demikian dapat bertindak sebagai stimulan bagi pencernaan dan memperbaiki nafsu makan.

Peranan madu bagi pertumbuhan anak kecil sangat penting karena di dalam madu terdapat asam folat, yaitu suatu asam yang banyak pengaruhnya terhadap mahluk yang sedang tumbuh, karena dapat memperbaiki susunan darah , jumlah erytrosit meningkat, demikian juga kandungan hemoglobin.

Semakin tinggi tingkat teknologi suatu negara, semakin tinggi kesadaran akan arti madu dalam menu masyarakat sehari-hari. Mereka semakin mendambakan lebih banyak mengkonsumsi “natural foods”. Madu buan saja termasuk kategori “natural foods”, tetapi juga dalam “natural health foods”.

Dari berbagai negara yang paling gemar mengkonsumsi madu adalah masyarakat Jerman Barat dan Swiss. Dua negara tersebut negara paling rewel terhadap persyaratan keamanan makanan bagi rakyatnya. Mereka rata-rata mengkonsumsi madu 800 gram 1,4 kg/orang/tahun. Amerika Serikat dan Inggris termasuk lebih rendah konsumsi madunya, yaitu berturut-turut rata-rata 400 – 500 gram dan 250 – 350 gram/orang/tahun.

Berbagai jenis enzim terdapat dalam madu, diantaranya adalah diastase, invertase, katalase, peroksidase dan lipase. Madu adalah jenis makanan alami yang paling tinggi kadar enzimnya. Enzim-enzim katalase berperan memecahkan peroksida, suatu ransum limbah metabolisme (radikal bebas) yang mempercepat proses ketuaan.


Berbeda dengan gula biasa yang terdapat dalam permen atau gula yang dapat merusak gigi (carries) yang diakibatkan oleh tumbuhnya bakteri pembusuk yang disebut bakteri asam laktat, madu mengandung antibiotika. Meskipun pH-nya rendah, tetapi karena kandungan mineralnya tinggi mempunyai potensi bersifat basa, dan karenanya dapat berfungsi sebagai desinfeksi terhadap rongga mulut. Nenek moyang kita sering menganjurkan berkumur madu encer (± 15%) untuk menyembuhkan radang rongga mulut.

Dari hasil berbagai penelitian menyatakan bahwa daya antibakteri madu tidak ada sangkut pautnya dengan kadar gula tinggi maupun rendahnya kadar air, tetapi oleh adanya suatu senyawa sejenis lysozyme yang memiliki daya antibakteri. Senyawa tersebut lebih popular dengan nama ‘inhibine’. Bakteri gram negatif lebih peka terhadap ‘inhibine’ daripada gram positif. Inhibine sangat peka terhadap panas. Pada suhu 600C keaktifan inhibine dalam madu hilang hanya dalam waktu 15 menit.





(Dengan sedikit perubahan redaksional)
Selengkapnya...

Saat Do'aku Dikabulkan...

“K’ Elly, skrg Enie dah pake jlbb bsr, sm dg tmnku yg dng ke rmh saat kk ke sini. T-long blng sm Mama, ya? K-lo skrg aku Insya Alloh tmbh cntk kok, he3x! blng jg jngn marah, K’ Elly dukung Enie ya?”
Itulah bahasa sms yang aku sampaikan kepada kakakku di kampung. Sudah beberapa hari ini, aku ke kampus tidak lagi mengenakan jilbab segitiga, tapi dengan jilbab besar. Pikiranku saat itu, orangtuaku akan marah apalagi Mama, dia mungkin tidak akan setuju dengan keputusanku. Karena setiap kali aku kampung saat libur, aku selalu mengutarakan keinginanku untuk menyempurnakan hijabku (penutup aurat/jilbab), namun Mama tidak pernah mengatakan persetujuannya, yang kudapat hanya mimik protes dari wajahnya yang menandakan bahwa ia tidak setuju. Sedangkan Bapak? Aku tidak pernah berani untuk bicara padanya, jika bukan beliau yang memulai pembicaraan atau bertanya padaku, maka aku tidak akan berkata apa-apa di depannya. Di dalam keluargaku, Bapak adalah sosok yang sangat disegani. Segala keputusan tentang masalah keluarga berada di tangannya. Harapanku mendekati Mama, agar nanti Mama yang bicara pada Bapak.
Aku mengerti tentang sikap Mama, ini karena akulah yang pertama dalam keluarga kami yang akan mengenakan hijab/jilbab bundar sebesar ini. Mereka pasti khawatir jika aku ikut-ikutan pada ajaran yang tidak jelas, yang belum mereka kenal sebelumnya. Sedang saat ini, aku sudah tidak bisa menundanya lagi, keinginanku untuk mengenakan jilbab besar sudah tidak bisa aku bendung lagi, aku rindu pada Rahmat-Nya. Dan betapa aku sangat takut menjadi fitnah, apalagi bagi kaum Adam.
Awal keinginanku yang begitu besar itu lahir pada saat menjenguk seorang akhwat –dia adalah teman satu kajian- di rumah sakit. Saat keluar dari rumah sakit dan bermaksud untuk pulang, bersama dengan seorang akhwat yang alhamdulillaah telah lebih dahulu berjilbab besar, aku menyeberang jalan raya untuk bisa naik kendaraan umum pulang ke rumah. Tiba-tiba, saat di tengah jalan, melintas dua orang pemuda di atas sepeda motor. Pandanganku tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang di antaranya, sekilas ia tersenyum dan mengedipkan matanya. Astaghfirullaah! Aku terkesima kaget, sangat kaget, tidak menyangka. Bagaimana mungkin ia bisa demikian usilnya? Padahal jilbabku sudah jelas sebagai simbol bahwa aku tidak ingin diganggu. Atau mungkin, ini karena jilbabku sama dengan jilbab-jilbab lain yang saat ini sedang menjamur? Yang sering kudengar dijuluki jilbab gaul.
“Yah, begitulah wanita Ukhti (saudariku). Ia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang cantik. Bahkan wanita yang mungkin dipandang jelek sekalipun oleh sebagian mata di seluruh penjuru dunia, akan tetap ada yang memandangnya cantik. Jika tak mampu dan berusaha menjaga diri yang dititipkan oleh-Nya, maka sungguh, yang akan kita dapatkan hanyalah penyesalan yang luar biasa pada suatu saat nanti, saat yang pasti akan datang,” kata akhwat yang kutemani saat kami sudah berada di kendaraan umum.
Ia memandangku sambil tersenyum, “ditambah lagi dengan pintu-pintu fitnah yang teramat banyak,” ia menarik nafas panjang lalu melanjutkan, “inilah yang menjadi fenomena besar di kalangan saudari-saudari kita yang belum menyadari tentang urgennya menutup aurat,” lanjutnya dengan nada suara yang parau.
Aku menunduk bimbang, ragu, serasa ada yang menusuk hatiku tajam. Menyisakan seberkas cemas. “Dek, kalau memang keinginan untuk menyempurnakan hijab yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya itu sudah terbesit, maka jangan ditunda lagi! Jangan berikan kesempatan kepada iblis mengisi celah-celah keraguan hatimu. Kita harus ingat, bahwa musuh Allah dan Rasul-Nya itu sudah nyata-nyata ingin menjadikan kita, para wanita sebagai alatnya untuk menjatuhkan hamba-hamba Allah ke jurang kehinaan yang dalam,” terngiang lagi nasihat dari seorang kakak akhwat di organisasi rohis kampus tempo hari, bergumul dengan bayangan wajah Mama yang berkata tidak!
Akhirnya, dengan menyebut nama-Nya yang Maha Mulia, kukenakan juga hijab lebar itu, tentang izin Bapak dan Mama itu urusan belakang, tekadku sudah bulat. Berbakti kepada Orangtua adalah perintah-Nya dan menjadi kewajiban penting bagiku, dan hijab juga adalah perintah-Nya, sekaligus juga kewajiban yang penting, aku berada di antara dua pilihan kewajiban yang menurutku untuk lebih mendahulukan dan mengutamakan salah satu da antaranya, tapi bukankah berbakti kepada Orangtua berada di urutan kedua setelah mentaati perintah Allah? Itulah yang menjadi dasar pemikiranku saat itu. Toh, yang kulakukan ini adalah sebuah kebaikan, bukan hanya untukku, untuk semua saudaraku, tapi juga untuk kedua Orangtuaku yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawaban atas diriku?
Meskipun demikian, rasa khawatir tetap saja hinggap. Cemas akan bertemu dengan Bapak dan Mama nanti. Apalagi, bulan depan nanti mereka akan datang ke kota ini menjengukku. Untuk itu, aku tidak tinggal diam. Hubunganku dengan akhwat semakin kupererat untuk meneguhkan pilihanku, nasihat selalu kuminta, selalu kusempatkan waktu dalam bermunajat untuk berbisik memohon kepada Robb semesta alam yang pasti lebih mengerti tentang posisi dan kekalutanku. Do’a kupanjatkan di tengah malam yang dianugerahi rahmat, berharap kecemasan ini berakhir indah, karena aku tidak tahu harus meminta kepada siapa selain-Nya, sedangkan yang mampu membolak-balikkan hati manusia secara pasti hanya Dia. Kukirimkan sms kepada kakakku, meminta dukungannya dan agar kakak bisa memberitahu Mama dengan bahasa yang lembut –alhamdulillaah karena Allah telah menganugerahiku kakak yang baik, dan ia mendukung pilihanku- sehingga Mama tidak akan shock melihat keadaanku nanti.
Akhirnya hari itu datang. Pertama kali melihat penampilanku, Bapak dan Mama hanya diam, seakan tidak terjadi perubahan apapun pada diriku. Sedangkan jantungku berdegup kencang, hatiku terus memohon kepada Allah. Bukan karena apa, tapi karena aku sudah tahu resiko apa yang sudah menanti di depan mataku jika Bapak tidak setuju dengan keputusanku ini. Maka yang akan terjadi padaku adalah berhenti kuliah dan kembali ke kampung. Meninggalkan akhwat yang dengan ghirohnya (semangatnya) berdakwah di jalan-Nya. Detik demi detik, menit demi menit, hingga malam pun tak terasa berlalu, tetap saja belum ada reaksi dari kedua Orangtuaku. Menjadikan hatiku semakin kalut di tengah rasa cemas tak tahu harus bagaimana.
Keesokan harinya, saat akan berangkat ke kampus. Bapak sedang duduk di kursi, menikmati siaran berita di TV. Sedang Mama duduk tak jauh dari jendela. Aku keluar dari kamar lengkap dengan jilbab besarku, lalu duduk di lantai di depan TV, atau tepatnya di depan Bapak. Sungguh, tidak akan ada yang menyangka, tiba-tiba saja melintas seorang akhwat bercadar di depan rumah, tepat saat Mama menoleh keluar jendela, yang melahirkan kalimat refleks dari bibirnya.
“Itu temanmu, Nak!” entah Mama bercanda atau bagaimana. Bapak juga ikut menoleh, hendak melihat apa yang barusan dilihat Mama. Setelah itu dia kembali diam dengan posisinya semula. Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Mama.
“Apa kamu tidak merasa panas dengan pakaian seperti itu?” katanya lagi, membuat senyumku semakin melebar.
“Justru seperti itulah pakaian seorang muslimah yang sebenarnya. Dia tidak akan terasa panas karena sudah terbiasa. Saat ini musuh-musuh Islam di Perancis melarang keras muslimah untuk berhijab dan menutup aurat mereka dengan pantas. Dan para kaum muslimin juga semakin gigih berjuang di sana, muslimah tetap memakai dan mempertahankan cadarnya tanpa memperdulikan ancaman dan tekanan pemerintah Perancis. Hanya saja, yang kurang saat ini tinggal wajahnya.” Kata Bapak sambil memandang ke arahku dengan senyum.
Aku terkesima tidak percaya, untuk beberapa saat lamanya aku terdiam. Ya Rabbi benarkah dia Bapakku? Apakah ini kenyataan? Apa aku tidak salah dengar? Subhaanallaah, ingin rasanya aku menangis dan berlari memeluk kaki Bapak, tanda kecintaanku padanya karena Allah. Ternyata selama ini, Bapak tidak seperti yang ada di alam pikiranku. Meski kelihatannya tegas, tapi ternyata dia sangat lembut. Aku lupa kalau Bapak sangat gemar membaca buku-buku agama dan menonton siaran berita di kampung. Aku lupa kalau di rumah, di lemari susun kami, banyak terdapat buku-buku agama di sana, di dalam kaca yang tersusun rapi. Apa selama ini aku sedemikian sibuknya dengan diriku sendiri di kota ini? Hingga melupakan tentang kebiasaan Bapak dan keluargaku yang lain? Mungkin karena yang kuingat hanyalah pesan mereka dulu untuk tampil sewajarnya saja, dengan tetap menjaga hati, karena itulah yang terpenting.
Aku menoleh ke arah Mama, dia tersenyum. “Kami menghargai keputusanmu.” Katanya dengan bahasa bugis yang kedengarannya sungguh teramat indah.
Tak ada yang bisa kulakukan, selain menunduk tersenyum, berucap syukur kepada Allah yang telah mengabulkan do’aku dari arah yang sama sekali tidak aku duga, yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Allah mengaturnya sangat apik. Tapi tetap saja aku tidak mampu berucap, Allah telah membuat aku terkesima, betapa pertolongannya sangat dekat, betapa Dia Maha Mendengar setiap do’a hambanya. Subhaanallaah.
“Alhamdulillaah bini’matihi tatimmush shaalihaat”

(Kisah Ukhti Enie di kota M)
Catatan Redaksi :
Do’a adalah senjata orang-orang yang beriman. Do’a pun merupakan bentuk sebuah ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, tidak selayaknya seorang yang beriman meninggalkan do’a kebaikan untuk dirinya baik di dunia dan akhirat. Ujian dan tantangan dalam menjalankan ibadah kepada Allah hampir selalu ada. Di saat cobaan itu sedemikian menyesakkan, tidak sepantasnya seseorang malahan meninggalkan ibadah.
Sebaliknya, hendaknya seorang hamba semakin mendekatkan diri kepada Allah, semakin mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a kepada-Nya. Niscaya cobaan akan segera berlalu, insya’ Allah…
Sumber : Majalah el-Fata Vol. 5 no. II/2005
Website :www.elfata.com
Selengkapnya...

Wanita Ahli Surga dan Ciri-Cirinya


Penulis : Ustadz Azhari Asri dan Redaksi.

Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Diantaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, diantaranya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Diantara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Diantara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).

Wallaahu A’lam Bis Shawaab.

(Dikutip dari tulisan al ustadz Azhari Asri, judul asli Wanita Ahli Surga Dan Ciri-Cirinya. MUSLIMAH XVII/1418/1997/Kajian Kali Ini)

Sumber: Salafy.or.id


Selengkapnya...

Bolu Pisang (Banana Cake)


Em.....di edisi perdana ini kita suguhkan hidangan kue yang mungkin sangat menggoda para ummahat untuk segera mencoba salah satu resep yang disuguhkan oleh redaksi, jadi selamat mencoba dan mengcopy artikelnya...

Jenis Masakan : Kue

Bahan-Bahan :

150 Gram Terigu

5 Sendok makan Susu Bubuk Krim

½ Sendok teh Baking Powder

150 Gram Gula Halus

150 Gram Margarin, cairkan

6 Butir telur

1 Sendok makan TBM

2 Buah Pisang Ambon, haluskan

1 Buah Pisang Ambon, potong-potong


Cara Mengolah :

  1. Siapkan cetakan kue bolu, oleskan margarin di bagian sebelah dalam, taburi terigu hingga merata.
  2. Campurkan Terigu, Susu bubuk krim dan baking powder, aduk hingga teracmpur merata.
  3. Kocok telur dan gula sampai putih.
  4. Masukkan TBM, kocok sampai mengembang.
  5. Masukkan pisang yang sudah dihaluskan, kocok rata.
  6. Masukkan campuran terigu, kocok perlahan sampai tercampur rata.
  7. Masukkan Margarin cair, aduk merata.
  8. Tuangkan adonan ke dalam cetakan.
  9. Panggang sebentar sampai 1/2 matang (kurang lebih 25 menit), keluarkan, dan taburi dengan potongan pisang.
  10. Panggang kembali sampai matang (sampai permukaan berwarna cokelat kekuningan).

www.resepkita.com




Selengkapnya...

Manfaat Menakjubkan Air Putih


Penyusun: Ummu Salamah

Pada edisi perdana kali ini, kita akan ’sharing’ masalah air putih. Mungkin dari kita banyak yang belum tahu arti penting mengkonsumsi cukup air putih setiap harinya atau sudah tahu tapi malas memenuhi jumlah takarannya dengan berbagai alasan, sebut salah satunya ‘takut keseringan buang air kecil, repot!’. Iya kan??? Ayo, tunjuk diri…

Kalau begitu bagaimana prosesnya, air putih yang sederhana bisa berubah menjadi begitu berharga?

Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak dan darah adalah dua organ penting yang memiliki kadar air di atas 80%. Otak memiliki komponen air sebanyak 90%, sementara darah memiliki komponen air 95%. Sedikitnya, secara normal kita butuh 2 liter sehari atau 8 gelas sehari. Bagi perokok jumlah tersebut harus ditambah setengahnya. Air tersebut diperlukan untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh lewat air seni, keringat, pernapasan, dan sekresi. Para dokter juga menyarankan agar mengonsumsi air putih 8-10 gelas setiap hari agar metabolisme tubuh berjalan baik dan normal.

Kurang Air, Bahaya Bagi Darah

Jika Kita mengkonsumsi kurang dari 8 gelas, efeknya secara keseluruhan memang tidak terasa. Tapi sebagai konsekuensi, tubuh akan menyeimbangkan diri dengan jalan mengambil sumber dari komponen tubuh sendiri. Di antaranya dari darah. Kekurangan air bagi darah amat berbahaya bagi tubuh. Sebab, darah akan menjadi kental. Akibatnya, perjalanan darah sebagai alat transportasi oksigen dan zat-zat makanan pun bisa terganggu.

Darah yang kental tersebut juga akan melewati ginjal yang berfungsi sebagai filter atau alat untuk menyaring racun dari darah. Ginjal memiliki saringan yang sangat halus, sehingga jika harus menyaring darah yang kental maka ginjal harus kerja ekstra keras. Bukan tidak mungkin ginjal akan rusak dan bisa saja kelak akan mengalami cuci darah atau dalam bahasa medis biasa disebut hemodialisis.

Itu pengaruh kurang air terhadap kerja darah dan ginjal. Lalu bagaimana dengan otak? Perjalanan darah yang kental tersebut juga akan terhambat saat melewati otak. Padahal, sel-sel otak paling boros mengonsumsi makanan dan oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga fungsi sel-sel otak tidak berjalan optimal dan bahkan bisa cepat mati. Kondisi tersebut akan semakin memicu timbulnya stroke. Karena itu jangan sampai kekurangan air!!!

10 Manfaat Air Putih

1. Memperlancar sistem pencernaan

Mengkonsumsi air dalam jumlah cukup setiap hari akan memperlancar sistem pencernaan sehingga kita akan terhindari dari masalah-masalah pencernaan seperti maag ataupun sembelit. Pembakaran kalori juga akan berjalan efisien.

2. Air putih membantu memperlambat tumbuhnya zat-zat penyebab kanker, plus mencegah penyakit batu ginjal dan hati. Minum air putih akan membuat tubuh lebih berenergi.

3. Perawatan kecantikan

Bila Kita kurang minum air putih, tubuh akan menyerap kandungan air dalam kulit sehingga kulit menjadi kering dan berkerut. Selain itu, air putih dapat melindungi kulit dari luar, sekaligus melembabkan dan menyehatkan kulit.

Untuk menjaga kecantikan pun, kebersihan tubuh hares benar-benar diperhatikan, ditambah lagi minum air putih 8 - 10 gelas sehari.

4. Untuk kesuburan

Meningkatkan produksi hormon testosteron pada pria serta hormon estrogen pada wanita.

Menurut basil penelitian dari sebuah lembaga riset trombosis di London, Inggris, jika seseorang selalu mandi dengan air dingin maka peredaran darahnya lancar dan tubuh terasa lebih segar dan bugar. Mandi dengan air dingin akan meningkatkan produksi sel darah putih dalam tubuh serta meningkatkan kemampuan seseorang terhadap serangan virus. Bahkan, mandi dengan air dingin di waktu pagi dapat meningkatkan produksi hormon testosteron pada pria serta hormon estrogen pada wanita. Dengan begitu kesuburan serta kegairahan seksual pun akan meningkat. Selain itu jaringan kulit membaik, kuku lebih sehat dan kuat, tak mudah retak. Nah, buat yang malas mandi pagi atau bahkan malas mandi (astagfirulloh!) harus mulai dirubah tuh kebiasaannya…

5. Menyehatkan jantung

Air juga diyakini dapat ikut menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan kulit, penyakit saluran papas, usus, dap penyakit kewanitaan, dll.

Bahkan saat ini cukup banyak pengobatan altenatif yang memanfaatkan kemanjuran air putih.

6. Sebagai obat stroke

Air panas tak hanya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kulit, tapi juga efektif untuk mengobati lumpuh, seperti karena stroke. Sebab, air tersebut dapat membantu memperkuat kembali otot-otot dan ligamen serta memperlancar sistem peredaran darah dan sistem pernapasan. Efek panas menyebabkan pelebaran pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi darah dan oksigenisasi jaringan, sehingga mencegah kekakuan otot, menghilangkan rasa nyeri serta menenangkan pikiran.

Kandungan ion-ion terutama khlor, magnesium, hidrogen karbonat dan sulfat dalam air panas, membantu pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah. Selain itu pH airnya mampu mensterilkan kulit.

7. Efek relaksasi

Cobalah berdiri di bawah shower dan rasakan efeknya di tubuh. Pancuran air yang jatuh ke tubuh terasa seperti pijatan dan mampu menghilangkan rasa capek karena terasa seperti dipijat. Sejumlah pakar pengobatan alternatif mengatakan, bahwa bersentuhan dengan air mancur, berjalan-jalan di sekitar air terjun, atau sungai dan taman dengan banyak pancuran, akan memperoleh khasiat ion-ion negatif. Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-butiran air yang berbenturan itu bisa meredakan rasa sakit, menetralkan racun, memerangi penyakit, serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. Ion negatif dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman oksigen ke dalam sel dan jaringan.

Bukan itu saja jika mengalami ketegangan otot dapat dilegakan dengan mandi air hangat bersuhu sekitar 37 derajat C. Selagi kaki terasa pegal kita sering dianjurkan untuk merendam kaki dengan air hangat dicampur sedikit garam. Nah, jika Kita punya shower di rumah cobalah mandi dan nikmati hasilnya. Oh ya, shower di rumah juga menghasilkan ion negatif.

8. Menguruskan badan

Air putih juga bersifat menghilangkan kotoran-kotoran dalam tubuh yang akan lebih cepat keluar lewat urine. Bagi yang ingin menguruskan badan pun, minum air hangat sebelum makan (sehingga merasa agak kenyang) merupakan satu cara untuk mengurangi jumlah makanan yang masuk. Apalagi air tidak mengandung kalori, gula, ataupun lemak. Namun yang terbaik adalah minum air putih pada suhu sedang, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin. Mau kurus?, minum air putih saja.

9. Tubuh lebih bugar

Khasiat air tak hanya untuk membersihkan tubuh saja tapi juga sebagai zat yang sangat diperlukan tubuh. Kita mungkin lebih dapat bertahan kekurangan makan beberapa hari ketimbang kurang air. Sebab, air merupakan bagian terbesar dalam komposisi tubuh manusia.

Jumlah air yang menurun dalam tubuh, fungsi organ-organ tubuh juga akan menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri, virus, dll. Namun, tubuh manusia mempunyai mekanisme dalam mempertahankan keseimbangan asupan air yang masuk dan yang dikeluarkan. Rasa haus pada setiap orang merupakan mekanisme normal dalam mempertahankan asupan air dalam tubuh. Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2-2,5 l (8 - 10 gelas) per hari. Jumlah kebutuhan air ini sudah termasuk asupan air dari makanan (seperti dari kuah sup, soto, dll), minuman seperti susu, teh, kopi, sirup dll. Selain itu, asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme makanan yang dikonsumsi dan metabolisme jaringan di dalam tubuh.

Nah, air juga dikeluarkan tubuh melalui air seni dan keringat. Jumlah air yang dikeluarkan tubuh melalui air seni sekitar 1 liter per hari. Kalau jumlah tinja yang dikeluarkan pada orang sehat sekitar 50 - 400 g/hari, kandungan aimya sekitar 60 - 90 % bobot tinja atau sekitar 50 - 60 ml air sehari.

Sedangkan, air yang terbuang melalui keringat dan saluran napas dalam sehari maksimum 1 liter, tergantung suhu udara sekitar. Belum lagi faktor pengeluaran air melalui pernapasan. Seseorang yang mengalami demam, kandungan air dalam napasnya akan meningkat. Sebaliknya, jumlah air yang dihirup melalui napas berkurang akibat rendahnya kelembapan udara sekitamya.

Tubuh akan menurun kondisinya bila kadar air menurun dan kita tidak segera memenuhi kebutuhan air tubuh tersebut. Kardiolog dari AS, Dr James M. Rippe memberi saran untuk minum air paling sedikit seliter lebih banyak dari apa yang dibutuhkan rasa haus kita. Pasalnya, kehilangan 4% cairan saja akan mengakibatkan penurunan kinerja kita sebanyak 22 %! Bisa dimengerti bila kehilangan 7%, kita akan mulai merasa lemah dan lesu.

Asal tahu saja, aktivitas makin banyak maka makin banyak pula air yang terkuras dari tubuh. Untuk itu, pakar kesehatan mengingatkan agar jangan hanya minum bila terasa haus Kebiasaan banyak minum, apakah sedang haus atau tidak, merupakan kebiasaan sehat!

Jika kuliah di ruang ber-AC, dianjurkan untuk minum lebih banyak karena udara yang dingin dan tubuh cepat mengalami dehidrasi. Banyak minum juga akan membantu kulit tidak cepat kering. Di ruang yang suhunya tidak tetap pun dianjurkan untuk membiasakan minum meski tidak terasa haus untuk menyeimbangkan suhu.

Subhannalloh ternyata banyak ya, manfaatnya.

Seperti Motto salah satu minuman prebiotik (tapi versi ini ada revisinya). Berapa gelas air putih yang Anda minum hari ini? Saya minum 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Jawabannya silahkan Kita tentukan…

Maroji’: www.medscore.com

***

Artikel www.muslimah.or.id



Selengkapnya...

Agar Buah Hati Tak Lagi Takut Hantu

Penulis : Ummu Rumman
Muraja’ah : Ust. Aris Munandar

“Ummi, Ahmad pingin ke kamar mandi. Anterin ya Mi…”

Ummu Ahmad (bukan nama sebenarnya) kaget ketika suatu malam Ahmad, anaknya yang sudah berumur 10 tahun tiba-tiba minta diantarkan ke kamar mandi.

“Ahmad anak shalih… kok tumben minta diantar ke kamar mandi? Biasanya berani sendiri.”

“Ahmad takut ketemu hantu Mi…” kata Ahmad dengan wajah ketakutan.

Kisah ini mungkin sangat sering kita jumpai. Tak hanya anak kecil, bahkan banyak orang dewasa yang mengaku takut terhadap hantu. Masih banyaknya budaya dan kepercayaan terhadap hal-hal mistis yang bertentangan dengan syariat, ditambah lagi maraknya cerita maupun film-film misteri di tengah masyarakat semakin memperparah kerusakan dan mengikis keimanan.

Rasa takut anak kepada hantu, bagaimanapun harus mendapat perhatian khusus dari orang tua. Karena bila ketakutan sang anak tetap terpelihara, tak hanya membentuk mental penakut pada diri anak tetapi juga dapat mengurangi kesempurnaan tauhid yang sangat kita harapkan terbentuk pada diri sang anak.

Sekilas tentang Rasa Rakut (Khauf)

Sangat penting bagi orang tua untuk bisa melatih anak mengatur rasa takutnya. Bukan hanya sekedar agar anak menjadi pemberani, tetapi lebih karena rasa takut adalah bagian dari ibadah. Rasa takut adalah bagian dari rukun yang harus ada dalam ibadah, di samping rasa cinta dan harap.

Macam-macam takut

Ulama telah membagi rasa takut menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Takut ibadah atau disebut juga takut sirri (takut terhadap sesuatu yang ghaib).
Takut ibadah dibagi menjadi dua macam:

a. Takut kepada Allah, yaitu takut yang diiringi dengan merendahkan diri, pengagungan, dan ketundukan diri kepada Allah. Takut semacam inilah yang akan mendatangkan ketaqwaan dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, rasa takut seperti ini hanya boleh ditujukan kepada Allah semata karena merupakan salah satu konsekuensi keimanan.

Allah berfirman, yang artinya, “Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran 175)

b. Takut kepada selain Allah, yaitu takut kepada selain Allah dalam hal sesuatu yang ditakuti itu sebenarnya tidak dapat melakukannya dan hanya Allah-lah yang dapat melakukannya. Takut semacam ini banyak terjadi pada berhala, takut pada orang mati, takutnya para penyembah kubur kepada walinya, dll. Rasa takut ini merupakan syirik akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari keIslaman.

2. Takut yang haram, yaitu takut kepada selain Allah, yang bukan ibadah tetapi menyebabkan ia melakukan keharaman atau meninggalkan kewajiban. Takut semacam ini dapat mengurangi ketauhidan seseorang.

3. Takut thobi’i (normal). Yaitu takut pada hal-hal yang bisa mencelakakan kita (dengan izin dan kekuatan dari Allah). Misalnya, takut pada binatang buas, api, dll. Takut semacam ini wajar ada pada diri manusia dan dibolehkan selama tidak melampaui batas.

4. Takut wahm (khayalan), yaitu takut pada sesuatu yang sebabnya tidak jelas. Misalnya, takut pada hantu. Takut semacam ini tercela.

Seorang anak yang masih dalam fase pertumbuhan dan sedang mengalami masa belajar, ia mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kadang disertai pula daya imajinasi yang tinggi. Oleh karena itu, ketika ia mendengar cerita tentang berbagai macam hantu entah dari berbagai media massa, atau dari orang-orang di sekitarnya, hal tersebut bisa menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Apalagi bila sang anak pernah mengalami trauma karena ditakut-takuti temannya atau karena pernah mengalami gangguan jin.

Rasa takut kepada hantu atau setan, bisa mengantarkan kepada syirik akbar. Jika sampai membawa pada peribadatan kepada selain Allah. Bentuknya bermacam-macam, ada yang memberi sesajian agar tidak diganggu, membaca berbagai mantera, datang kepada dukun untuk meminta jimat, dan sebagainya.

Pada anak, mungkin tak sampai separah itu. Namun tak jarang kita dapati, karena rasa takut kepada hantu atau semacamnya, anak menjadi takut keluar kamar untuk mengambil wudhu pada pagi hari. Sang anak menjadi menunda-nunda waktu shalat Subuhnya. Ini hanyalah salah satu contoh. Tetapi sekali lagi, hal ini dapat mengurangi kesempurnaan tauhid sang anak.

Ketakutan anak bisa diperparah jika orangtuanya pun tidak paham syariat sehingga demi mengatasi rasa takut anaknya sehingga membawa anak pada kesyirikan. Misalkan menggantungkan jimat pada anak sehingga sang anak terus bergantung pada jimat tersebut hingga ia dewasa.

Cara Mengatasi Rasa Takut Anak kepada Hantu

Bagi orang tua sangat penting mengetahui bagaimanakah cara mengatasi ketakutan anak dengan cara yang sesuai syariat. Antara lain:

1. Tanamkanlah pada anak tauhid dan aqidah yang benar.
Cobalah cari tahu apa yang sebenarnya ditakutkan oleh sang anak pada saat keadaannya tenang. Rangsanglah anak dengan beberapa pertanyaan. “Adik takut hantu ya? Memangnya hantu itu apa sih?”
Jika sang anak menjawab bahwa hantu adalah pocong, genderuwo, nyi loro kidul, kuntilanak, atau semacamnya, jelaskan bahwa hantu-hantu semacam itu tidak ada sama sekali sehingga tidak perlu ditakutkan. Jika yang ditakutkan anak adalah orang mati, maka jelaskanlah bahwa orang mati takkan bisa memberi manfaat maupun bahaya bagi orang yang masih hidup.

Adapun jika sang anak telah mengerti bahwa yang dimaksud orang-orang dengan hantu adalah penjelmaan dari setan atau jin yang hendak mengganggu manusia, maka orangtua haruslah menjelaskan kepada anak bahwa tidak ada kekuatan yang paling kuat kecuali kekuatan Allah. Seluruh makhluk, termasuk jin dan setan di bawah pengaturan Allah. Ajarkan pada anak meskipun seluruh jin dan manusia ingin mencelakakannya, akan tetapi Allah tidak menakdirkannya, maka ia takkan celaka. Begitu pula sebaliknya.

Sungguh indah contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menasehati Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu masih kecil.Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,

“Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, “Wahai anak muda, sesungguhnya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi)

Jelaskan pada anak pada hal apakah ia harus takut (yaitu takut kepada Allah), pada hal-hal apakah ia boleh takut tetapi tidak berlebihan dan hal-hal apa yang ia tidak boleh takut sama sekali. Hendaklah orang tua mengenalkan kepada anak-anaknya kepada Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Karena dengan pengenalan kepada Allah, seorang anak akan mengetahui keagungan Allah, keMahaKayaanNya, kekuasaan-Nya. Yang harus orang tua ingat, mengajarkan rasa takut kepada Allah juga harus disertai pengajaran rasa cinta dan harap kepada Allah. Sehingga hal ini menjadikan anak ikhlas dan giat dalam beramal serta tidak mudah putus asa.

2. Ajarkan wirid dan doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore, doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll. Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak.

Tak hanya sekedar menghafal, tapi juga pahamkan mereka arti dari doa tersebut sehingga mereka mengamalkan doa-doa tersebut dengan penuh keyakinan akan manfaat doa bagi dirinya. Ajarkan pada anak bahwa doa dan wirid adalah senjata dan perisai bagi kaum mukmin. Karena itu, bila rasa takut menyerang, yang terbaik dilakukan adalah meminta perlindungan dan pertolongan Allah, Rabb seluruh makhluk. Sesekali ingatkan atau tanyakan pada anak arti dari doa tersebut. Sekaligus untuk mengetahui apakah sang anak sudah mengamalkan doa-doa tersebut ataukah belum.

3. Jauhkanlah anak dari hal-hal yang mendatangkan rasa takut kepada hantu.
Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para Nabi, sahabat-sahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih mendekatkan orang tua dengan sang buah hati.

4. Ajarkan pula pada anak untuk tidak menakut-nakuti temannya meski hanya bermaksud untuk bercanda. Pahamkan pada anak untuk bercanda dengan baik.

5. Bila orang tua ternyata adalah seorang penakut, berusahalah untuk tidak menampakkan hal tersebut di depan sang anak. Sebagaimana kita tidak ingin anak menjadi penakut, maka latihlah diri sendiri untuk tetap tenang dan menghilangkan sifat penakut dari diri kita.

Jika suatu ketika sifat penakut kita diketahui oleh sang anak, tak ada salahnya melibatkan anak dalam usaha menghilangkan sifat penakut kita. “Astagfirullah, tadi Ummi kok menjerit ya pas lampu mati? Menurut adik, Ummi harusnya gimana? Iya adik benar, harusnya tetap tenang dan minta perlindungan sama Allah. Lain kali kalau Ummi menjerit lagi, adik ingatin Ummi ya….” Hal ini juga akan mengajarkan pada anak bagaimana seharusnya ia bersikap ketika ada orang lain atau temannya yang ketakutan. Jangan pula menakut-nakuti anak dengan ancaman yang tak berdasar atau bertentangan dengan syariat. Misalnya, “Jangan main dekat sungai ya! Nanti diculik genderuwo penunggu sungai lho” Hal ini sering tanpa sadar dilakukan oleh para orang tua. Maka wahai para pendidik, bekalilah diri dengan ilmu syar’i dalam mendidik anak-anak kita.

6. Berdoalah untuk kebaikan anak
Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya. Padahal doa merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya, hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan perlindungan untuk Hasan dan Husain dengan mengucapkan,

“Aku memohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa, dan juga dari setiap mata yang jahat.” Selanjutnya beliau bersabda “Adalah bapak kalian (yaitu Ibrahim) dahulu juga memohonkan perlindungan untuk kedua puteranya, Ismail dan Ishaq, dengan kalimat seperti ini.” (HR. Bukhari)

Inilah sebagian cara yang semoga bisa mengatasi rasa takut anak terhadap hantu. Orang tua hendaknya bersabar dalam membantu anak mengatasi rasa takutnya dengan tetap memprioritaskan pendidikan aqidah dan tauhid pada anak. Semoga kelak anak tumbuh menjadi sosok muslim-muslimah yang beraqidah lurus, beramal shalih dan mempunyai ketawakkalan tinggi kepada Allah. Wallahu Ta’ala a’lam. (Ummu Rumman)

Maraji’:
Bila Anak Anda Takut Hantu, Ummu Khaulah, Majalah As Sunnah Edisi 02/Tahun VIII/1424H/2004M
Mendidik Anak Bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad Suwaid, penerbit Pustaka Arafah

Mutiara Faidah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi, Abu ‘Isa Abdullah bin Salam, penerbit Divisi Bimbingan Masyarakat LBI Al Atsary Yogyakarta
Syarah Tiga Landasan Utama, Syaikh Abdullah bin Shalih al Fauzan, Pustaka At Tibyan

***

Artikel muslimah.or.id




Selengkapnya...